#KKN-PPM UGM Semarak Tobadak 2025

Jejak Fauna Desa: Mengintip Kehidupan Satwa Liar
di Tengah Perkebunan Sawit

Dalam upaya menumbuhkan kesadaran ekologis masyarakat desa terhadap keanekaragaman hayati di lingkungannya, mahasiswa KKN-PPM Universitas Gadjah Mada Periode 2 Tahun 2025 melaksanakan program bertajuk “Jejak Fauna Desa”. Program ini merupakan salah satu kegiatan unggulan dari tema besar Semarak Tobadak, yang dilaksanakan di Desa Mahahe, Kecamatan Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.

Desa Mahahe dikenal sebagai salah satu kawasan transmigrasi yang dalam dua dekade terakhir mengalami transformasi lahan besar-besaran menjadi kawasan perkebunan kelapa sawit. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran akan penurunan keanekaragaman hayati, khususnya fauna liar yang sebelumnya hidup di kawasan tersebut. Menjawab tantangan tersebut, program Jejak Fauna Desa dirancang sebagai bentuk dokumentasi awal tentang satwa liar yang masih bertahan hidup di tengah dominasi lanskap budidaya intensif.

Program ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat melihat bahwa kehidupan satwa liar masih hadir di sekitar mereka, meski sering kali luput dari perhatian sehari-hari. Kegiatan ini tidak hanya berorientasi pada pengumpulan data, tetapi juga berperan sebagai sarana edukasi lingkungan berbasis lokal.

Kegiatan Jejak Fauna Desa dilaksanakan dalam bentuk inventarisasi satwa liar melalui metode pengamatan langsung (visual encounter survey) dan road cruising. Pengamatan dilakukan dengan menyusuri wilayah desa dan mencatat setiap perjumpaan satwa di berbagai ekosistem mikro seperti kebun warga, semak-semak, aliran sungai kecil, dan area terbuka di sekitar desa.

Untuk mendapatkan hasil yang representatif terhadap aktivitas satwa, pengamatan dilakukan dalam tiga sesi waktu yang berbeda:

  • Sabtu, 5 Juli 2025 (08.00–12.00) – sesi pagi hingga siang
  • Sabtu, 5 Juli 2025 (19.00–22.00) – sesi malam
  • Rabu, 9 Juli 2025 (12.00–18.00) – sesi sore
  •  

Setiap sesi dirancang untuk menyesuaikan dengan waktu aktif berbagai kelompok hewan: burung cenderung aktif di pagi dan sore hari, herpetofauna seperti katak dan reptil lebih sering terlihat di malam hari, sedangkan mamalia kecil dapat teramati baik pada siang maupun malam hari. Tim mahasiswa melakukan pencatatan titik perjumpaan satwa menggunakan GPS serta dokumentasi visual berupa foto.

Dari hasil pengamatan, sejumlah spesies burung, herpetofauna, dan reptil berhasil teridentifikasi. Beberapa yang tercatat antara lain:

  • Burung: Hirundo javanica (layang-layang asia), Dicaeum cruenteum (cipoh bunga), Pycnonotus aurigaster (cucak kutilang), Lonchura atricapilla (bondol peking), Corvus celebensis (gagak sulawesi), dan Gallirallus torquatus (mandar batu)
  • Herpetofauna dan Reptil: Duttaphrynus melanostictus (katak tebu), Eutropis multifasciata (kadal kebun), Cuora amboinensis (kura-kura ambon), Varanus salvator (biawak air), dan Crocodylus porosus (buaya muara)

Setiap hasil perjumpaan kemudian dipetakan dalam bentuk Peta Perjumpaan Fauna Desa Mahahe, yang menampilkan titik lokasi penemuan spesies dan persebarannya. Peta ini disusun sebagai bentuk visualisasi data yang tidak hanya mempermudah pemahaman masyarakat, tetapi juga berfungsi sebagai arsip data awal keanekaragaman hayati desa.

Respons masyarakat terhadap kegiatan ini cukup positif. Banyak warga yang menyatakan bahwa mereka baru menyadari keberadaan beberapa jenis satwa yang ternyata masih hidup berdampingan dengan aktivitas manusia di desa. Pemerintah desa juga menyambut baik kegiatan ini dan melihatnya sebagai peluang untuk pengembangan program konservasi lokal ataupun edukasi lingkungan tingkat sekolah.

Program Jejak Fauna Desa menjadi langkah awal dalam mengenalkan pentingnya pelestarian satwa liar kepada masyarakat desa di kawasan transmigrasi seperti Mahahe. Dengan adanya dokumentasi visual, data titik perjumpaan, dan peta sebaran fauna, desa kini memiliki modal awal untuk mengenal potensi hayatinya secara lebih ilmiah dan terarah.

Ke depan, kegiatan ini diharapkan tidak berhenti sebagai dokumentasi semata, melainkan menjadi pijakan awal untuk pengamatan berkala, riset lanjutan oleh pelajar atau mahasiswa, bahkan program edukasi berbasis alam bagi sekolah-sekolah di desa. Desa juga dapat menjadikan peta perjumpaan ini sebagai acuan dalam perencanaan wilayah yang lebih ramah lingkungan.

Dengan dukungan masyarakat dan pemerintah desa, serta semangat kolaborasi dari berbagai pihak, program Jejak Fauna Desa dapat menjadi tonggak penting dalam upaya konservasi mikro di tingkat desa, sekaligus mendorong pembangunan yang tidak melupakan keberadaan makhluk hidup lain di sekitarnya.

Ingin mengetahui aktivitas di Desa Mahahe lebih banyak lagi?

Jelajahi Aktivitas Lainnya