#KKN-PPM UGM Semarak Tobadak 2025

Semarak Tobadak: Ecobrick, Solusi Kreatif
Atasi Sampah Plastik

Tobadak, 31 Juli 2025 – Permasalahan sampah plastik masih menjadi tantangan besar bagi banyak daerah, termasuk Desa Mahahe di Tobadak. Menyikapi hal ini, Tim Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Periode 2 Tahun 2025 menginisiasi program “Semarak Tobadak: Ecobrick, Dari Sampah ke Karya”. Kegiatan yang digelar pada Kamis, 31 Juli 2025 ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga, tentang pengelolaan sampah yang kreatif dan berkelanjutan. 

Diskusi Interaktif dan Pelatihan Ecobrick

Program ini dirancang sebagai sarana edukasi melalui Focus Group Discussion (FGD), menggabungkan pemaparan materi dengan praktik langsung. Tiga poin utama yang dibahas meliputi:

  1.  Permasalahan sampah di Desa Mahahe yang selama ini sampah plastik kerap dibakar atau dibuang ke sungai, menyebabkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

  2. Pentingnya pengelolaan sampah mandiri, dimana setiap rumah tangga diajak untuk memilah dan mengolah sampahnya sendiri, mengurangi ketergantungan pada pembuangan sembarangan. 

  3. Pelatihan pembuatan ecobrick dengan mengajarkan peserta FGD mengisi botol plastik bekas dengan sampah anorganik (seperti bungkus makanan, sedotan, atau kantong plastik) hingga padat. Ecobrick yang dihasilkan dapat disusun menjadi furnitur, dinding, atau karya seni lainnya.  

Melalui metode ini, masyarakat tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga menciptakan produk bernilai ekonomi dari barang yang sebelumnya dianggap tidak berguna.  

Dukungan Pemerintah Desa dan Antusiasme Warga

Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah desa. Sekretaris Desa Mahahe, Bapak Abdur Rokhim, menyatakan:  

“Program ini sangat bermanfaat bagi warga kami. Selama ini, sampah plastik menjadi masalah serius. Dengan ecobrick, kami bisa menguranginya sekaligus menciptakan nilai tambah.”  

Antusiasme juga terlihat dari para peserta, terutama ibu-ibu rumah tangga. Ibu Sut, salah satu peserta, mengungkapkan:  

“Saya baru tahu kalau sampah plastik bisa diolah seperti ini. Daripada dibakar, lebih baik dibuat ecobrick yang bisa dipakai lagi.” 

Ecobrick: Solusi Berkelanjutan dan Bernilai Ekonomi

Ecobrick bukan sekadar solusi sampah, tetapi juga membuka peluang ekonomi kreatif. Beberapa manfaatnya antara lain: 

  • Ramah lingkungan, mengurangi sampah plastik yang mencemari tanah dan air.  

  • Murah dan mudah, bahan bakunya tersedia di setiap rumah (botol plastik dan sampah non-organik).  

  • Bernilai jual, ecobrick bisa dijadikan kursi, meja, pot tanaman, atau bahkan dijual sebagai bahan bangunan alternatif. 

Keberlanjutan Program

Tim KKN-PPM UGM tidak hanya memberikan pelatihan satu kali, tetapi juga mendorong pembentukan kelompok kerja pengelolaan sampah mandiri dari karang taruna dan BUMDes. Diharapkan, masyarakat dapat terus mengembangkan ecobrick secara mandiri dengan dukungan pemerintah desa dan lembaga terkait.  

Julyana, Koordinator Program, menegaskan:  

“Ecobrick adalah langkah kecil yang berdampak besar. Kami berharap warga bisa melanjutkan inisiatif ini secara berkelanjutan.” 

Harapan ke Depan

Dengan semangat “Dari Sampah ke Karya”, program ini diharapkan mampu:

  1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah. 

  2. Mengurangi volume sampah plastik di Desa Mahahe. 

  3. Menciptakan peluang usaha berbasis ecobrick.  

Ke depan, program ini dapat menjadi langkah pengembangan produk yang inovatif untuk mengatasi permasalahan sampah di desa Mahahe. Dengan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan akademisi, pengelolaan sampah berbasis ecobrick bisa menjadi solusi berkelanjutan bagi lingkungan dan perekonomian desa.

Ingin mengetahui aktivitas di Desa Mahahe lebih banyak lagi?

Jelajahi Aktivitas Lainnya